Welcome To My Blog

Minggu, 29 Maret 2015

Penalaran Induktif

Penalaran Induktif 

             Penalaran Induktif adalah Suatu cara berfikir ilmiah yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan kesimpulan yang umum. Dengan kata lain, kesimpulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis). Penalaran Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat bisa juga akibat sebab.
Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan cara:
A. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu,
Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh:   
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
 ∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
Macam- macam Generalisasi :

  • Generalisasi Sempurna

        Generalisasi sempurna adalah seluruh fakta yang ada didalam fenomena yang dijadikan sebuah           kesimpulan berdasarkan penyelidikan yang terjadi. Contoh: setiap 1 bulan pada tahun masehi             tidak ada yang jumlah harinya lebih dari 31 hari.


  • Generalisasi Tidak Sempurna
        Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi yang kesimpulannya diambil dari sebagian                 fakta dari suatu fenomena yang berlaku pada fenomena sejenis yang belum diselidiki. Contoh:             kita menyelidiki sebagian masyarakat Indonesia yang ramah, lalu kita membuat sebuah                       kesimpulan bahwa semua rakyat Indonesia adalah masyarakat yang ramah.

B. Analogi
  Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil             dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang       lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
  Contohnya :
Rara adalah lulusan akademi A.
                 Rara dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
                 Rama adalah lulusan akademi A.
                 Oleh sebab itu, Rama dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

C. Hubungan Kausal 
   Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
Contoh:


1. Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).

2. Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).


Sumber : http://abdurrahman.mwb.im/penalaran-deduktif-dan-penalaran-indukti.xhtml
               http://marsavandrian.blogspot.com/2013/03/pengertian-penalaran-induksi-dan.html
               https://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/

Selasa, 24 Maret 2015

Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif 

            Penalaran deduktif adalah Suatu cara berfikir ilmiah yang bertolak dari pernyataan atau alasan-alasan yang bersifat umum ke pernyataan atau alasan yang bersifat khusus, dengan menggunakan kaidah logika tertentu. Penalaran Deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum daripada proposisi tempat menarik simpulan itu, proposisi tempat menarik simpulan itu disebut premis.
Penalaran deduksi tergantung pada premisnya ( proposisi tempat menarik kesimpulan ). Artinya, jika premisnya salah, mungkin akan membawa kita pada hasil yang salah. Begitu juga sebaliknya. Penarikan kesimpulan secara deduktif, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penarikkan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi :
Premis mayor
Premis minor
Contohnya :
Semua makhluk hidup akan mati (premis mayor)
Manusia adalah makhluk hidup (premis minor)
Karena itu, semua manusia akan mati. (simpulan)

kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar harus dikembalikan kepada kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar dan sebaliknya.

Dengan demikian maka ketepatan penarikkan kesimpulan tergantung dari tiga hal yaitu:
1) kebenaran premis mayor
2) kebenaran premis minor
3) keabsahan penarikan kesimpulan
Apabila salah satu dari ketiga unsur itu persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan yang ditariknya akan salah.
Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari suatu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan tak langsung.
Misalnya:
1.    Semua S adalah P . (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh:    Semua kucing adalah mamalia. (premis)
                 Sebagian hewan mamalia adalah kucing. (simpulan)
2.    Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:    Tidak seekor sapi pun adalah kambing. (premis)
                 Tidak seekor kambing pun adalah sapi. (simpulan)
3.    Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:    Semua macan adalah pemakan daging. (premis)
                 Tidak satu pun macan adalah tidak pemakan daging.(simpulan)
4.    Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:    Tidak seekor pun buaya adalah komodo. (premis)

5.    Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:    Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
                 Tidak satu pun gajah adalah tak berbelalai. (simpulan)
                 Tidak satu pun yang tak berbelalai adalah gajah.(simpulan)

Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan cara:
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir

b. silogisme kategorial
- My : Semua mahasiswa Universitas Gunadarma yang aktif memiliki KRS.
- Mn : M.Arifin Pangestu adalah mahasiswa Universitas Gunadarma yang aktif.
- K : M.Arifin Pangestu memiliki KRS.

•. Bentuk Gagasan / Penalaran Induktif
• Generalisasi ialah perihal bentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian hal, atau sebagainya.
Contoh dalam paragraph :
Setelah tugas menggambar kelas I B dikumpulkan, ternyata duapuluh anak perempuan menggambar bunga, dua orang anak perempuan menggambar pemandangan, dan satu orang saja menggambar binatang, sedangkan anak laki-laki bermacam-macam.Boleh dikatakan anak perempuan kelas I B cenderung membuat gambar bunga.
Analogi ialah suatu penalaran yang bertolak dari peristiwa khusus mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan apa yang berlaku untuk suatu hal akan bertolak pula untuk hal lain.
Kausalitas (sebab-akibat) ialah memulai suatu penjelasan dari peristiwa atau hal yang merupakan sebab, kemudian bergerak menuju ke suatu kesimpulan sebagai aspek (akibat) terdekat.
Bentuk Gagasan / Penalaran Deduktif
Silogisme ialah menarik kesimpulan dari dua pernyataan(premis) yaitu :
premis umum/mayor(PU) dan premis khusus/minor(PK).
PU : Semua A=B
PK : Semua C=A
S : Semua C=B
Contoh
PU : Semua makhluk hidup memiliki mata
PK : si Polan adalah makhluk hidup
S : maka si Polan mempunyai mata
b. Entinem
Entiem adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang kesusahan.
Kalau proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang kesusahan.”


Sumber : https://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/
                http://abdurrahman.mwb.im/penalaran-deduktif-dan-penalaran-indukti.xhtml

Senin, 16 Maret 2015

Penalaran

PENGERTIAN PENALARAN

Penalaran adalah suatu proses berpikir yang sistematis dalam logis dengan berdasarkan pengamatan, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan sebagai pernyataan(proposisi) baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
                https://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/