BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sejak
zaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan
telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangatvital dalam usaha
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa demi untuk membebaskan dari belenggu
penjajahan Kolonial Belanda(VOC). Sistem pendidikan pemerintah kolonial Belanda
pada masa itu sangat tidak demokratis karena bersifat elit, diskriminatif dan
diorientasikan pada kepentingan pemerintah penjajahan, maka sistem pendidikan
rakyat yang sudah ada perlu dibina dan dikembangkan untuk menjangkau
kepentingan rakyat secara lebih luas guna memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.Masa penjajahan Belanda pada waktu itu telah banyak bermunculan
lembaga-lembaga pendidikan rakyat tradisional yang pada umumnya berorientasi keagamaan,
maka pada masa itu muncul pula seorang tokoh muda Raden MasSoewardi
Soeryaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Ia bersama
rekan-rekannya mencurahkan perhatiannya di bidang pendidikan sebagai
bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan bangsa Indonesia.
Hari pendidikan
nasional adalah hari dari jati diri bangsa dimana hari pendidikan bisa
menggambarkan atau ruh dari bangsa kita, bangsa yang besar adalah bangsa yang
peduli akan pendidikan, dan pendidikan adalah modal awal dari perkembangkan
bangsa.
Berbicara tentang pendidikan pasti kita mengenal sosok tentang Ki Hajar Dewantara,dengan itu kali ini kami akan mengupas tentang perjalanan Ki Hajar Dewantara dan Hari pendidikan nasional nya Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Pendidikan Nasional Dipandangan Ki Hajar Dewantara.
Berbicara tentang pendidikan pasti kita mengenal sosok tentang Ki Hajar Dewantara,dengan itu kali ini kami akan mengupas tentang perjalanan Ki Hajar Dewantara dan Hari pendidikan nasional nya Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Pendidikan Nasional Dipandangan Ki Hajar Dewantara.
B.
Rumusan Masalah
1. Riwayat Ki Hajar Dewantara
2. Kapan diperingatinya Hari Pendidikan Nasional?
3. Bagaimanakah sejarah Pendidikan Nasional?
4. Bagaimanakah arti pendidikan?
5. Bagaimanakah arti pentingnya pendidikan?
C. Maksud
dan Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah :
1. Melatih pelajar untuk membuat
karya tulis ilmiah dengan data-data yang tepat.
2. Memberikan informasi kepada
masyarakat khususnya pelajar mengenai Hari pendidikan.
3. Untuk mengetahui sejarah
tentang Hari Pendidikan Nasional.
4. Untuk mengetauhi Arti
pentingnya pendidikan.
5. Melatih pelajar untuk kritis
dalam menghadapi kehidupan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Ki
Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan
nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga
kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40
tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan
namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik
secara fisik maupun hatinya.
Perjalanan
hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan
bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian
sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat
karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar
antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda,
Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya
sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat
antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia
juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di
seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran
masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan
dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja
Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij
(partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25
Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha
mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah
kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral
Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran
itu pada tanggal 11 Maret 1913.
Karena
organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan
menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda. Ia
melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus
tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari
rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut. Sehubungan dengan
rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens
Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook
Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan
Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik
dr. Douwes Dekker. Akibat karangannya yang menghina itu, pemerintah kolonial
Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses
pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman
dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat
tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Namun mereka menghendaki dibuang
ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada
didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus
1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk
mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke
tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang
pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Ia
mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, National Onderwijs
Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922.
Perguruan
ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar
mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia
pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya
beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan.
Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil
meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Setelah zaman
kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja
diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan
Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional,
tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat
keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.
Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar
Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. Dua tahun
setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada
tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak
penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya,
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar
Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar
sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi
museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data
surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan
sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas
bantuan Badan Arsip Nasional.
Indonesia
adalah negara yang memiliki ragam cara untuk menghargai jasa pahlawannya,
khususnya pada hari ini yang tepatnya tanggal 2 Mei 2010 yaitu Hari Pendidikan
Nasional. Hari Pendidikan Nasional diperingati pada tanggal 2 Mei karena
menurut sejarah bahwa seorang tokoh bernama Ki Hajar Dewantoro lahir pada
tanggal dan bulan tersebut. Karena perjuangan beliau pada masa itu yang
mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa Indonesia melalui bidang pendidikan,
sehingga perjuangan beliau itulah bangsa indonesia menetapkan pada tanggal dan
bulan tersebut sebagai Hari Pendidikan Nasional atau bisa juga disebut Hari
Kebangkitan Bangsa.
Banyak
karya beliau yang saat ini menjadi landasan rakyat Indonesia dalam
mengembangkan pendidikan, khususnya kalimat-kalimat filosofis seperti ING
NGARSO SUNTOLODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI (Di depan memberi
teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan).
Pendidikan
merupakan tolak ukur kemampuan seseorang, sehingga lumrah jika ada teori
tentang pendidikan adalah proses memanusiakan manusia bahkan ada juga yang
mengatakan bahwa pendidikan adalah transformasi ilmu antara pendidik dan
peserta didik. Begitu pentingnya pendidikan dalam kehidupan kita, sehingga
pendidikan menjadi salah satu simbol komunikasi (transformasi) dan Kemanusiaan
(memanusiakan manusia). Hari Pendidikan Nasional semestinya diperingati tidak
hanya sebagai upaya mengenang seorang Ki Hajar Dewantoro semata, tapi lebih
luas lagi kepada seluruh elemen yang mendukung kemajuan suatu bangsa.
BAB III
PEMBAHASAN TEORI
1. Pendidikan
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Pendidikan
biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian
orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan
formal. Seperti kata Mark Twain, “Saya tidak pernah membiarkan sekolah
mengganggu pendidikan saya.”
Anggota keluarga
mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari
yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara
tidak resmi.
Sebagaimana yang
diungkapkan Daoed Joesoef tentang pentingnya suatu pendidikan : “Pendidikan
merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik,
yang sesuai dengan martabat manusia” Dan tentulah dari pernyataan tersebut kita
bisa mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting
dan tidak bisa lepas dari kehidupan, maka dari itu saya bisa membantah
kata-kata “Pendidikan bukanlah segalanya” seperti apa yang Kepala Sekolah saya
sendiri katakan.
Menjadi bangsa
yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di
dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara
di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga
suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti
yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya
Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan
merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa.
Apabila output
dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat
mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang
sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maka
tentunya peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan
suatu bangsa. Kita ambil contoh Amerika, mereka takkan bisa jadi seperti
sekarang ini apabila pendidikan mereka setarap dengan kita. Lalu bagaimana
dengan Jepang? si ahli Teknologi itu? Jepang sangat menghargai Pendidikan,
mereka rela mengeluarkan dana yang sangat besar hanya untuk pendidikan bukan
untuk kampanye atau hal lain tentang kedudukan seperti yang Indonesia lakukan.
Tak ubahnya negara lain, seperti Malaysia dan Singapura yang menjadi negara
tetangga kita.
Mungkin sedikit
demi sedikit Indonesia juga sadar akan pentingnya suatu pendidikan. Hari
Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2010
menitikberatkan atau mengambil tema pendidikan karakter untuk membangun
peradaban bangsa dan seperti yang diberitakan bahwa Kementrian Pendidikan
Nasional telah menyediakan infrastruktur terkait akses informasi bekerja sama
dengan MNC Group, melalui TV berbayarnya, Indovision menyiarkan siaran televisi
untuk pendidikan.Dan juga penyediaan taman bacaan di pusat perbelanjaan. Namun
apakah pendidikan karakter ini bisa mengubah masalah-masalah yang sering kita
hadapi dalam dunia pendidikan?
Didalam UU
No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan:
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya, masyarakat, banga dan negara” Namun satu pertanyaan, sudahkah
pendidikan kita seperti yang tercantum dalam UU tersebut.
Untuk kalangan pelajar
sekolah menengah atas dan mahasiswa tidak asing lagi dengan kata makalah.
pastilah anda sebagai pelajar atau mahasiswa sering sekali di berikan tugas
membuat makalah. jadi saya akan coba berikan contoh makalah pendidikan bagi
teman-teman sebagai panduan membuat makalah agar lebih mudah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
merupakan tolak ukur kemampuan seseorang, sehingga pendidikan menjadi
salah satu simbol komunikasi (transformasi) dan Kemanusiaan (memanusiakan
manusia). Hari Pendidikan Nasional semestinya diperingati tidak hanya sebagai
upaya mengenang seorang Ki Hajar Dewantoro semata, tapi lebih luas lagi kepada
seluruh elemen yang mendukung kemajuan suatu bangsa.
Menjadi bangsa
yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di
dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara
di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga
suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti
yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya
Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan
pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar